Saat iseng2 googling dengan judul yang ngak jelas, ayas secara tidak
sengaja mengunjungi web milik metrotv, dan dalam salah satu beritanya
yang menuliskan tentang bonek dengan judul “Penyakit Sosial Bernama Bonek” ayas jadi tertarik untuk mengunjunginya.
Memang sih, posting ini sudah hampir setahun setengah lamanya, akan
tetapi ayas tetap penasaran untuk membacanya.Adapun isi berita tersebut
yaitu :
“Sudah cukup lama kelompok pendukung kesebelasan Persebaya Surabaya yang
menamakan dirinya Bonek atau Bondho Nekat (Modal Nekat) tidak membuat
ulah. Sepanjang akhir pekan lalu mereka kembali membuat keonaran.
Itu dimulai ketika mereka hendak berangkat ke Bandung untuk
menyaksikan pertandingan kesebelasan kesayangan mereka melawan Persib
Bandung. Mereka menjadikan kereta api yang ditumpangi sebagai kendaraan
penyebar ketakutan.
Sepanjang perjalanan dari Surabaya menuju Bandung, mereka meneror
setiap kota yang disinggahi. Dengan seenaknya mereka melempari batu dari
dalam kereta tanpa memikirkan tindakan mereka merusak barang milik
orang lain atau bahkan mencelakai orang lain.
Ketika tiba di Bandung dan menyaksikan pertandingan, mereka tidak
berhenti membuat ulah. Akibatnya sesudah pertandingan terpaksa mereka
dipulangkan dengan kereta api khusus agar semua keonaran bisa segera
berakhir.
Namun persoalan tidak hanya selesai dengan penanganan seperti itu.
Dalam perjalanan pulang pun, para Bonek tetap meneror masyarakat yang
mereka lewati. Sebagai reaksi atas tindakan mereka, masyarakat pun
membalas dengan melempari para Bonek yang sedang melaju di atas kereta
api khusus.
Kita ingin mengingatkan bahwa kejadian seperti ini tidak bisa
dianggap sebagai sebuah kenakalan biasa. Ini merupakan penyakit sosial
dari masyarakat yang merasa tidak memiliki eksistensi dan ingin mendapat
pengakuan.
Penyebab dari hilangnya eksistensi adalah karena mereka merasa
menjadi manusia yang tidak berguna. Mereka terimpit secara ekonomi
sehingga tidak mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu ataupun
mendapatkan pekerjaan. Ketika itu bertemu dengan kultur masyarakat
Surabaya yang terbuka dan berada dalam kelompok yang sama, maka
ekspresinya menjadi begitu negatif.
Fenomena seperti itu pernah dialami oleh bangsa Inggris. Mereka
menjadi masyarakat yang beringas ketika menjadi pendukung tim sepak
bola. Akibatnya berbagai kejadian tragis harus mereka alami mulai dari
Tragedi Hillsborough di mana puluhan orang mati di lapangan karena
terjepit di antara penonton yang beringas dengan pagar yang kokoh di
pinggir lapangan serta Tragedi Heysel saat pendukung Liverpool bentrok
dengan pendukung Juventus.
Atas berbagai peristiwa yang mencoreng nama baik Inggris, pemerintah
negara itu mengambil tindakan. Bukan dengan melarang orang menonton
pertandingan sepak bola atau mengerahkan petugas keamanan dalam jumlah
yang banyak, tetapi mempelajari akar persoalan dari penyakit sosial yang
satu itu.
Jawabannya adalah dengan mengedukasi masyarakat. Selain itu,
masyarakat diarahkan untuk melakukan hal-hal yang produktif dan itu
tidak bisa lain dengan memberikan pekerjaan.
Manusia akan merasa menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang
berguna apabila mereka mempunyai pekerjaan. Entah itu dalam artian
pekerjaan yang bisa menghidupi diri dan keluarganya atau pekerjaan dalam
arti kesempatan menuntut ilmu. Kita akan merasa tidak berarti ketika
tidak mempunyai sesuatu yang bisa dibanggakan.
Pada sebagian masyarakat kita, kondisi seperti itulah yang sedang
dihadapi. Jumlah anak yang putus sekolah sangatlah tinggi. Jumlah orang
yang masih menganggur angkanya juga tinggi.
Kita seringkali mencoba untuk menutupi kenyataan itu. Seakan sebuah
aib besar ketika melihat tingginya jumlah anak yang putus sekolah maupun
masih menganggur. Laporan yang disampaikan tidak pernah berani untuk
menyebutkan realita yang sesungguhnya ada di tengah masyarakat kita.
Munculnya kembali fenomena bonek sepantasnya mengugah kesadaran kita
akan munculnya kembali penyakit sosial di tengah masyarakat kita. Banyak
warga yang frustasi menghadapi hidup ini dan ekspresinya begitu
negatif.
Tindakan negatif itu sendiri ada yang dilakukan secara terbuka
seperti ulah para bonek, tetapi ada yang tidak terlihat tetapi juga
merugikan. Pembobolan kartu penarikan uang tunai yang juga sedang ramai
terjadi sekarang ini merupakan salah satu contohnya.
Tanggung jawab perbaikan kondisi yang tidak baik ini tentu bukan
hanya menjadi tugas pemerintah pusat. Namun pemerintah pusat harus
menjadi pendorong bagi dilakukannya perbaikan secara mendasar.
Kita harus menjadikan setiap individu warga menjadi orang-orang yang
berguna. Bagi mereka yang masih dalam usia belajar, maka mereka harus
mendapatkan kesempatan untuk menempuh ilmu secara baik. Jangan biarkan
anak-anak harapan bangsa kehilangan kesempatan untuk menimba ilmu.
Mereka harus benar-benar menjadi aset dari bangsa ini, bukan kelak
menjadi beban karena pengetahuan dan kemapuan yang terbatas.
Kepada mereka yang masuk usia produktif, mereka harus mendapat
kesempatan untuk mendapat pekerjaan yang layak. Untuk itu tidak bisa
lain kecuali kita berkonsentrasi untuk memperbaiki perekonomian negeri,
karena hanya itulah jalan satu-satunya untuk mengurangi pengangguran.”
Wadoh, kalo yang sudah namanya penyakit itu harus diobati donk. Dan yang
jadi masalah kalo semisal diobati juga gak sembuh2 harus diapakan?
#aremaniadjember
#antiwornoijo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar